Selasa, 10 November 2009

one day at a time in Pasar Gaplok part I

08 November 2009

kemarin saya ada janji ketemu dengan Erna Sari Girsang, teman se almamater yang sedang melanjutkan pendidikannya di Ibukota. sedikit perbincangan via telepon cukup membuat saya tertarik untuk sedikit menilik kegiatan komunitas Erna jadi volunteer , AE.

saya memilih naik bus ke lokasi kegiatan Erna (biar lebih terasa aura Jakarta nya), dan saya harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata lokasi nya tidak semudah yang ada di benakku untuk ditemukan, jauh dari jalan besar, berliku, lewat gang-gang sempit, ramai, kotor, berantakan, sumpek, tidak ada spesifikasi seperti ada pohon nangka, pohon beringin, atau pohon jengkol.
Satu satunya kata kunci adalah RUMAH MAMI BENCONG.... ( saya tidak yakin kalo ini layak disebut rumah)

setelah bertanya kepada sekian belas orang tentang keberadaan rumah mami bencong (yang akhirnya diketahui juga bernama mami markus) akhirnya aku ketemu dengan Erna dan antek-anteknya. Tanpa ada basa basi selain cipika-cipiki dan pernyataan kagum Erna bahwa saya tidak tersesat mengingat saya datang dari daerah pedalaman (begh..) acara langsung dimulai.
Tanpa ada konfirmasi sebelumnya, Erna langsung mengumumkan agar anak-anak asuhnya dibagi menjadi tiga kelompok, dan kelompok yang belajar bahasa inggris diajarin oleh Klara....
whuattah???

Tidak ada persiapan, baju basah karena keringatan, haus eh tiba tiba diangkat jadi Guru Bantu.
Dengan semangat para kurcaci mengelilingiku, kuawali dengan percakapan kecil dalam bahasa Inggris...Hmm lumayan cepat nangkap, untuk ukuran anak-anak yang tidak terdaftar di sekolahan formal.

Devi sempat protes waktu aku bilang starfruits adalah buah belimbing... "star itu kan bintang kak"
terus ada okta yang agak manyun, waktu saya tanya kenapa, jawabannya "saya dialingin Yani kak.."
Bah...apa pula dialingin? maklum di medan gak pernah dengar, setelah mencari dari beberapa narasumber akhirnya saya ketahui arti dialingin itu adalah ditutupin/ dihalang-halangi.
akhirnya okta saya suruh pindah lebih dekat ke papan tulis.

Tidak terasa hampir satu setengah jam mengajar mereka, satu setengah jam yang menyenangkan dikelilingi anak anak berkuku panjang hitam-hitam, warna kulit ketutupan oleh daki, aroma matahari kontras dengan parfum yang kupakai.

Kulihat wajah mereka sumringah ketika kami berhasil menciptakan 3 lembar kamus bahasa Inggris. Para kurcaci itu memohon agar lembaran kerja mereka bisa dibawa pulang, saya bilang..."bisa doong, tempel di dinding ya, pelajari setiap hari biar tidak lupa".

OOPS, wajah mereka bingung....apa salahku? mereka bilang " ga ada dinding kak"
walah....mati gaya dah aku

merasa tertohok aku, aku salah kostum datang ke sini, harusnya aku gak perlu wangi-wangi. Dan satu lagi kesalahanku adalah saat mereka hendak pulang dan menyalamku aku tidak memeluk mereka , sebagaimana kalau Abbey menyalamku aku balas memeluknya.

Aku juga salah karena tidak menyadari...rumah mereka tidak berdinding
tidak bersekat...tidak beratap

Rumah mereka bersekat impian
Rumah mereka beratap langit
dengan aroma khas Jakarta yang menyesakkan
dengan iringan deru kereta yang memekakkan

Maafkan salahku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar